HomeOpini PublikRegenerasi Golkar

Regenerasi Golkar

Regenerasi Golkar – By Tardjo Ragil

Regenerasi Partai GOLKAR

Oleh: Tardjo Ragil

 

JALAN penyelesaian konflik Partai Golkar semakin menunjukkan arah yang menggembirakan. Ini menyusul akan digelarnya Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) dalam waktu dekat. Pilihan penyelenggaran munaslub, dipandang sebagai jalan terbaik merajut kembali rekonsiliasi ditubuh partai berlambang pohon beringin. Karenanya, penyelenggaraan munaslub harus dikelola dengan baik, dengan mengedepankan semangat demokratis, rekonsiliatif, dan berkeadilan. Ini penting, supaya perhelatan munaslub benar-benar, meminjam ungkapan “Hajriyanto Thohari”, merekatkan kembali soliditas partai, bukan malah menjebak Golkar dalam kubangan krisis yang lebih dalam lagi, kemudian lenyap menuju limbo sejarah.

 

Kebutuhan Regenerasi

 

Perhelatan munaslub kali ini, memiliki sisi menarik untuk dicermati. Satu hal yang tampak mengemuka, adalah menguatnya kebutuhan regenerasi dalam tubuh Golkar. Adalah BJ Habibie, mantan Presiden sekaligus sesepuh Golkar, yang mendorong perlunya tokoh-tokoh muda memegang kendali kepemimpinan partai kedepan. Gayung bersambut, Aburizal Bakrie dan Agung Laksono menyatakan “mandeg pandhito”, alias tak maju lagi. Situasi ini, mendorong dinamika kompetisi politik memperebutkan pucuk pimpinan Golkar berlangsung dinamis. Ini nampak dari banyaknya lapisan politisi muda yang mendominasi bursa kandidat Ketua Umum. Sebut saja, misalnya, Ade Komarudin, Idrus Marham, Azis Syamsuddin, Airlangga Hartarto, Mahyudin, dan banyak lainnya. Konfigurasi ini, mengkonfirmasikan dorongan peremajaan kepemimpinan ditubuh Partai Golkar menemukan urgensinya. Ada argumentasi kuat, mengapa regenerasi ini mendesak dilakukan.

 

Pertama, menyangkut perkembangan dinamika politik mutakhir yang menempatkan Golkar dalam posisi yang tidak menguntungkan. Citra Golkar kian memburuk dan tengah menjadi sorotan luas masyarakat. Selain karena kemelut konflik yang berkepanjangan, dan juga praktik korupsi, terpuruknya citra Golkar tak luput dari andil skandal kontrak perpanjangan Freeport yang melibatkan para petinggi partai. Memang, tidak hanya Golkar, secara umum citra partai-partai sedang mengalami kemerosotan, entah karena skandal korupsi ataupun skandal lainnya. Dalam situasi demikian, kata “Liddle dan Mujani”, Golkar membutuhkan akan hadirnya tokoh-tokoh baru. Yakni, lapisan politisi muda dengan rekam jejak prestasi dan citra diri yang bersih, sekaligus memiliki “magnet elektoral” kuat untuk mendongkrak elektabilitas partai. Ini penting, mengingat figur pimpinan Golkar kedepan menjadi salah satu faktor pengungkit kebangkitan partai.

Kedua, regenerasi dibutuhkan untuk melepaskan Golkar dari jerat “gerontokrasi politik”. Sebuah fenemona mampetnya sirkulasi elite ditubuh partai akibat terus bercokolnya aktor-aktor politik tua. Sulit disangkal, publik selama ini mengesankan Golkar tak lebih sebagai partai yang dikuasai dan dikendalikan oleh orang-orang tua. Tengok saja, sejak reformasi, kepemimpinan ditubuh Golkar pasca Akbar Tandjung tidak mengalami alih generasi. Sirkulasi elite yang berlangsung justru semakin mengalami proses penuaan, yang memunculkan tokoh-tokoh lama dengan latar belakang pebisnis, seperti Jusuf Kalla, dan Aburizal Bakrie.

 

Ketiga, menyangkut kegagalan Golkar didalam mengembangkan basis-basis dukungan konstituen baru. Sementara pada sisi lain, basis konstituen Golkar semakin tergerus selain karena lahirnya partai-partai baru, juga disebabkan semakin berkurangnya basis pemilih loyal yang dimiliki Golkar. Fakta ini, terkonfirmasi dari kecenderungan merosotnya perolehan suara dan kursi sepanjang berlangsungnya pemilu diera reformasi. Pada pemilu 1999, Golkar mendapatkan 23,7 juta suara atau 22,4 persen dan memperoleh 120 kursi dari 550 kursi yang diperebutkan. Kemudian pada pemilu 2004, Golkar meraup 24,5 juta suara (21,6 persen) dengan perolehan kursi sebanyak 128 dari 560 kursi yang diperebutkan. Selanjutnya, perolehan kursi semakin merosot pada pemilu 2009 dan pemilu 2014. Bahkan, celakanya lagi, untuk kali pertama dalam sejarah, Golkar gagal mengusung pucuk pimpinan partai, Aburizal Bakrie, dalam kontestasi pemilu Presiden 2014.

 

Keempat, tak dapat disangkal, Golkar terbilang lambat dalam memproduksi kader-kader berkualitas berusia muda. Padahal dibanyak partai lain, sudah mulai mempercayakan jabatan-jabatan struktural partai dan kandidasi calon-calon kepala daerah kepada generasi muda. Dengan demikian, regenerasi menjadi penting. Selain membuka ruang bagi tampilnya tokoh-tokoh muda berkualitas, juga menjadi kebutuhan untuk membendung semakin merosotnya basis dukungan Golkar. Apalagi pada pemilu 2019 nanti, tatkala ambang batas pencalonan Presiden tidak berlaku lagi, maka dimensi kebaruan tokoh sebagai simbol Partai Golkar menjadi salah satu faktor kunci untuk mendongkrak elektabilitas partai.

 

Kelima, dalam perspektif kepentingan internal partai, regenerasi tidak hanya memberikan jaminan bagi keberlangsungan (survivalitas) hidupnya. Akan tetapi, juga sebagai strategi dan modal dasar untuk meraih kejayaan partai dalam kontestasi politik kedepan. Sementara dalam perspekstif kepentingan yang lebih luas, terutama bagi kepentingan pembangunan kehidupan kepartaian dan demokrasi yang sehat, sesungguhnya sangat ditentukan dari kesungguhan partai-partai, tak terkecuali Golkar, dalam melembagakan sistem kaderisasi dan regenerasi secara baik. Telah menjadi keniscayaan sejarah, bahwasanya tidak ada demokrasi yang bisa tumbuh dan berkembang dengan sehat tanpa adanya partai politik yang kuat. Dan, tidak ada partai politik yang kuat tanpa ditopang oleh sistem kaderisasi dan regenerasi yang tertata dengan baik, sekaligus berjalan secara berkesinambungan. Wallahu’alam.

 

Tardjo Ragil : Wakil Sekretaris Jenderal Angkatan Muda Partai GOLKAR

Sumber : Harian Suara Merdeka

 

 

Previous post
Benahi Strategi Industrialisasi
Next post
AA Bagus Adhi Mahendra Putra

2 Comments

  1. Yusuf Arief
    April 19, 2016 at 2:46 am — Reply

    dear Golkar,

    Jika saya tertarik untuk bergabung dengan organisasi partai Golkar, kemana saya harus mendaftar?

    saya sudah coba cari website resminya tapi tidak ketemu.

    mohon arahan.

    thanks and regards,

    • April 19, 2016 at 4:21 am — Reply

      Hai Yusuf Arief,

      Untuk pendaftaran anggota, silahkan menghubungi cabang partai golkar terdekat di wilayah anda.

      Terima kasih

Leave a Reply to Fraksi Golkar Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *