HomeBeritaJuara Pilkada 2017 adalah Golkar

Juara Pilkada 2017 adalah Golkar

1024x1610_307c008928c7c79453f005ddccde5ccadbe9237a

Pemilihan Kepala Daerah 2017 secara serentak, yang berbiaya Rp4,45 triliun, mengukuhkan satu hal: Golongan Karya memang kuat. Kalau mau jadi kepala daerah sebaiknya ingat beringin untuk berteduh lalu memanjat.

Golkar, yang setelah reformasi 1998 menambahkan kata partai di depan namanya, punya andil terhadap separuh lebih (53,46 persen; 54 dari 101) kepala daerah yang terpilih melalui pemilihan langsung.

Pada era pra-reformasi — ketika pemilihan gubernur, bupati, maupun wali kota dilakukan oleh DPRD — Golkar juga kuat, bahkan lebih kuat daripada sekarang. Di DPR saja si beringin itu mayoritas; pada 1997 malah menduduki 76,47 persen kursi parlemen.

Selama Orde Soeharto, Golkar yang bukan partai namun berhak ikut pemilihan umum itu hanya punya dua pesaing. Yakni Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia. Keduanya partai bentukan pemerintah Orde Baru, hasil fusi 1973.

Kini dalam Pilkada 2017 Golkar masih bergigi. Dari 310 pasangan calon, ada cuma ada 30 calon kepala daerah (gubernur, bupati, dan wali kota) yang merupakan kader Golkar. Namun dari 30 itu hanya 21 yang didukung beringin.

Kelanjutan cerita sila melihat infografik. Dari 310 paslon, ada 17,41 calon kepala daerah (cakada, tanpa wakil) dukungan Golkar yang menang.

Karena 310 paslon itu berebut jadi duet pemimpin di 101 daerah, maka 54 cakada yang menang itu berarti akan menjadi separuh lebih (53,46 persen) dari kada dukungan Golkar. Bisa gubernur, bupati, maupun wali kota.

Dari separuh itu misalnya paslongub terpilih Banten, Jawa Barat: Wahidin Halim (Demokrat) dan Andika Hazrumy (Golkar).

Ada pula paslonbup Landak, Kalimantan Barat: Karolin Margret Natasa (PDIP) dan Herculanus Heriadi (PDIP). Mereka ini paslon tunggal, meraih persetujuan dari 96,62 persen pemilih.

Cerita ini hanya penyederhanaan bab dari babad Pilkada 2017. Persoalannya bukan cuma Golkar melawan partai lain, atau pun bekerja sama dengan partai lain, tetapi juga bagaimana menghadapi kandidat nonpartai.

Dari 280 paslon non-Golkar, misalnya. Yang 69 paslon adalah perseorangan. Maka di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, Golkar bersama sepuluh partai lain di belakang Dodi Alex Noerdin (Golkar) dan Beni Hernedi (PDIP) pun mengeroyok paslon perseorangan Amiri Aripin dan Ahmad Toha.

Dari 12 partai dalam Pilkada 2017, Golkarlah yang paling aktif dalam pilkada (98 partisipasi). Peringkat itu disusul oleh PDIP (90), Demokrat (90), Nasional Demokrat (84), dan Partai Amanat Nasional (83).

Tentang langkah Golkar, Direktur Eksekutif Instrat Jalu Pradhono Priambodo berkomentar, “Golkar sebelum menentukan calon, selalu melakukan penjajakan ke calon yang punya potensi besar untuk menang.” (Republika.co.id, 2/3/2017)

Jalu juga melihat Nasdem menempuh cara yang sama, “Jadinya, banyak calon yang diusung oleh Nasdem menang.” Nasdem meraih 47 kemenangan. PDIP dan Demokrat memang di 45 daerah.

Beritagar

Previous post
Setya Novanto: Kader Golkar Harus Bekerja untuk Rakyat
Next post
Dwi Aroem Hadiatie Bantu Korban Banjir di Lampung

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *